Harapan adalah energi yang menggerakkan manusia untuk terus maju, meskipun jalan penuh dengan rintangan. Di tengah dinamika zaman yang kerap membawa tantangan besar, harapan menjadi cahaya yang menguatkan langkah, mengajak kita untuk tidak menyerah. Bersama visi Jabar ASIH—Adil, Sejahtera, Inovatif, dan Harmonis—kita diajak untuk menghidupkan kembali harapan, menjadikannya dasar bagi pembangunan yang berkelanjutan. Namun, dalam perjalanan menuju visi ini, penting bagi kita untuk merenungkan: apa yang patut dikejar, dan apa yang harus disisihkan?
Pertama, hal yang paling patut dikejar adalah keadilan. Tanpa keadilan, tidak ada landasan kuat untuk membangun masyarakat yang kokoh. Keadilan berarti memastikan semua orang, dari berbagai latar belakang sosial, agama, dan budaya, mendapatkan hak yang sama. Ini juga mencakup kebijakan yang berpihak pada kelompok rentan, seperti perempuan, anak-anak, kaum disabilitas, dan masyarakat miskin. Dalam konteks Jabar, mengejar keadilan berarti memastikan distribusi pembangunan yang merata, tidak hanya terkonsentrasi di pusat kota, tetapi juga menjangkau desa-desa terpencil.
Selain keadilan, hal yang tak kalah penting untuk dikejar adalah kesejahteraan. Kesejahteraan tidak hanya mencakup ekonomi, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan—akses terhadap pendidikan yang baik, layanan kesehatan yang terjangkau, dan lingkungan yang bersih. Untuk mencapainya, pemerintah bersama masyarakat perlu mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja yang layak, dan memprioritaskan pembangunan berbasis kebutuhan masyarakat. Kesejahteraan yang dirasakan bersama akan memupuk harapan, menjadikan Jawa Barat rumah yang nyaman bagi semua warganya.
Di sisi lain, inovasi adalah hal yang harus terus diperjuangkan. Di era teknologi dan perubahan cepat ini, inovasi adalah kunci untuk bertahan dan berkembang. Masyarakat Jawa Barat perlu diberdayakan untuk menjadi kreatif dan adaptif, memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Inovasi juga berarti berpikir di luar kebiasaan, mencari solusi baru untuk tantangan lama seperti kemacetan, polusi, atau ketimpangan sosial. Pemerintah dapat mendorong ini dengan memberikan ruang bagi generasi muda untuk berkarya, menyediakan pelatihan, dan memfasilitasi kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan komunitas.
Namun, dalam mengejar semua hal tersebut, ada hal-hal yang perlu disisihkan. Salah satunya adalah ketidakpedulian. Sikap acuh tak acuh terhadap masalah sosial hanya akan memperburuk keadaan. Jika masyarakat dan pemerintah hanya fokus pada kepentingan masing-masing, harapan untuk mencapai Jabar ASIH akan sulit terwujud. Ketidakpedulian harus digantikan dengan rasa memiliki, tanggung jawab, dan semangat gotong royong. Selain itu, kita juga harus menyisihkan ego sektoral yang kerap menjadi penghalang kolaborasi. Visi besar seperti Jabar ASIH hanya bisa dicapai jika semua pihak—pemerintah, masyarakat, akademisi, dan swasta—bersatu dalam semangat yang sama.
Hal lain yang perlu disisihkan adalah mentalitas instan. Mewujudkan visi Jabar ASIH membutuhkan waktu, dedikasi, dan kerja keras yang konsisten. Kita harus meninggalkan pola pikir yang menginginkan hasil cepat tanpa proses yang matang. Sebaliknya, diperlukan kesabaran untuk menanamkan perubahan yang berkelanjutan, memastikan bahwa setiap langkah kecil membawa dampak positif bagi generasi mendatang.
Menghidupkan harapan kembali bukanlah tugas yang ringan, tetapi itu adalah tugas yang mulia. Dengan menjadikan keadilan, kesejahteraan, inovasi, dan harmoni sebagai prioritas, serta meninggalkan ketidakpedulian, ego sektoral, dan mentalitas instan, Jabar ASIH dapat menjadi kenyataan. Harapan itu nyata ketika kita bersedia mengambil tindakan bersama. Mari kita jadikan visi ini sebagai kompas, mengarahkan langkah menuju Jawa Barat yang lebih baik, dan mewariskan masa depan yang cerah bagi anak cucu kita.