Hari Kesaktian Pancasila, yang diperingati setiap 1 Oktober, adalah peringatan yang mendalam bagi bangsa Indonesia dalam menjaga kekuatan dan relevansi Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai simbol ideologis, tetapi juga sebagai landasan filosofis yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Momentum ini mengingatkan kita pada peristiwa penting di mana Pancasila diuji oleh ancaman-ancaman yang mengganggu persatuan bangsa.
BACA JUGA : Mengundi dengan Busur Harapan:untuk Jabar Asih dan Koalisi Harapan Baru
Ki Bagus Hadikusumo, salah satu tokoh penting dalam sejarah perumusan Pancasila, berperan besar dalam memastikan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan tertanam dalam dasar negara Indonesia. Melalui pemikirannya, Pancasila tidak hanya menjadi landasan politik, tetapi juga etika moral yang mendalam. Artikel ini akan mengeksplorasi makna filosofis Hari Kesaktian Pancasila dengan mengacu pada pemikiran Ki Bagus Hadikusumo, terutama dalam aspek etika politik, persatuan, dan keadilan sosial.
Ki Bagus Hadikusumo memandang Pancasila sebagai landasan moral yang menuntun perilaku politik dan kehidupan bernegara. Sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa,” menekankan pentingnya nilai-nilai ketuhanan dalam membentuk etika politik yang menjunjung tinggi kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan. Dalam pandangan Ki Bagus, politik bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang kewajiban moral untuk melayani rakyat dengan penuh integritas.
Ki Bagus Hadikusumo adalah tokoh yang memperjuangkan agar nilai-nilai agama memiliki tempat dalam landasan dasar negara. Baginya, moralitas agama adalah fondasi untuk menciptakan kehidupan politik yang adil dan beradab. Pancasila, dalam konteks ini, berfungsi sebagai pedoman moral yang harus selalu dijunjung tinggi oleh para pemimpin politik dalam setiap kebijakan dan tindakan mereka. Dengan demikian, kesaktian Pancasila terletak pada kemampuannya untuk menanamkan nilai-nilai spiritualitas dan etika politik dalam kehidupan publik.
Oleh karena itu, Ki Bagus Hadikusumo juga melihat Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia yang sangat majemuk. Sila ketiga, “Persatuan Indonesia,” menekankan pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan suku, agama, dan budaya yang beragam. Dalam perspektif Ki Bagus, kekuatan Pancasila terletak pada kemampuannya untuk mengakomodasi keragaman tersebut dan menghindari perpecahan di antara anak bangsa.
Hari Kesaktian Pancasila mengingatkan kita pada ancaman terhadap persatuan bangsa, baik dari dalam maupun luar. Ki Bagus mengajarkan bahwa persatuan tidak bisa dicapai hanya dengan kekuatan fisik atau militer, tetapi harus dilandasi oleh semangat gotong royong, toleransi, dan saling menghargai. Dengan demikian, Pancasila menjadi landasan kuat yang dapat menyatukan bangsa Indonesia di tengah berbagai perbedaan, menjaga keutuhan bangsa dalam menghadapi ancaman-ancaman terhadap integritas nasional.
Selain sebagai dasar etika politik dan pemersatu, Pancasila juga menjadi panduan menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” adalah salah satu pilar utama Pancasila yang memiliki implikasi mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Ki Bagus Hadikusumo sangat menekankan pentingnya keadilan sosial dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.
Dalam pemikiran Ki Bagus, keadilan sosial tidak hanya berarti pemerataan ekonomi, tetapi juga keadilan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan yang setara bagi semua warga negara. Keadilan sosial adalah cita-cita bersama yang harus diwujudkan oleh negara dengan berpegang pada nilai-nilai Pancasila. Hari Kesaktian Pancasila adalah pengingat bahwa perjuangan untuk mencapai keadilan sosial masih berlangsung, dan kita harus terus berusaha untuk mewujudkannya dalam setiap aspek kehidupan berbangsa
Hari Kesaktian Pancasilaadalah momen reflektif yang mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara. Terinspirasi oleh pemikiran Ki Bagus Hadikusumo, kesaktian Pancasila terletak pada penerapan nilai-nilai moral, menjaga persatuan bangsa di tengah keragaman, dan memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila tidak hanya sakti dalam menghadapi ancaman eksternal, tetapi juga dalam membimbing kita menuju bangsa yang adil, sejahtera, dan bermoral tinggi
Oleh karena itu, Hari Kesaktian Pancasila tidak boleh hanya diperingati sebagai bagian dari sejarah, tetapi harus menjadi pengingat akan tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan menerapkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila demi kemajuan bangsa.